Memilih, menghantarkanku pada sepucuk surat tentang senja yang telah lama hilang.  Ia muncul dipermukaan pikiran lalu mengimplementasikan lewat goresan-goresan kata tertata diatas garis-garis penanda sebuah kertas beralaskan kaca. Ia tertikam pena dan pensil-pensil warna. sembari mengutuk ia berkelana dialam tanpa singgasana, duduk termenung, tengadah dan kadang-kadang berbaring diatas rerumputan dengan aroma robusha disampingnya. ia adalah kata yang tidaak sempat terucap pada hujan yang turun setelah awan, ia adalah makna yang hilang sebelum warna muncul memberi kabar duka. ia adalah singgasana sebelum kursi menjadi tempat ia berpangku tangan, duduk manis bersender lalu memanggil nama-nama. ia adalah senyuman sebelum tawa menghantuinya, memenuhi seisi ruang dalam hatinya. ia adalah kamu yang pergi sebelum aku tiba. senjakan?aku.